Jumat, 18 Mei 2007

Peran Perempuan Pesisir

Tanggal : 18 Mei 2007
Sumber : http://www.lpmaqua.com/content/view/18/9/


Dalam perspektif gender, gagalnya berbagai kebijakan mengenai pembangunan perikanan di Indonesia itu dikarenakan minimnya keterlibatan perempuan pesisir dalam setiap kebijakan tersebut. Sayangnya pemerintah sendiri ternyata tidak pernah melihat bahwa peran perempuan pesisir dalam berkehidupan dan berkebudayaan, merupakan potensi sosial yang berharga bagi pemberdayaan masyarakat pesisir.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tidak saja memiliki kelimpahan dan keragaman sumber daya alam saja. Namun didalamnya terdapat pula potensi sosial masyarakat yang sangat berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Terutama daerah pesisir yang juga sangat kaya dan memliki potensi sosial masyarakat yang cukup besar.

Berawal dari situlaah Kusnadi, Hari Sulistiyowa, Sumarjono, dan Adi Prasodjo dalam bukunya Perempuan Pesisir, mencoba memaparkan salah satu potensi terbesar dari sosial masyarakat pesisir, yaitu perempuan pesisir terutama istri nelayan. Dengan legitimasi budaya lokal yang menempatkan kaum perempuan sebagai "pemegang keuangan rumah tangga", kedudukan dan peranan ini merupakan modal sosial yang sangat strategis untuk membangun masa depan keluarga, meningkatkan skesejahteraan sosial, dan menjaga kesinambungan keluarga. (hal 81)

Naskah buku 98 halam ini sebenarnya merupakan hasil penelitian antropologi yang dilaksanakan pada tahun 2004 kemarin di Kabupaten Sumenep. Dimana penelitian tersebut dilakukan atas kerjasama antara Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumenep, dengan Pusat Penelitian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Puslit WP3K), Lembaga Penelitian, Univesitas Jember.

Dalam buku ini Kusnadi dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Puslit WP3K, mengambil dua desa sebagai studi kasus. Dimana desa-desa tersebut memiliki jumlah nelayan yang cukup banyak dengan peran perempuan pesisir yang cukup dominan. Sehingga sampel yang diambil dipandang cukup mewakili. Kedua desa tersebut adalah Desa Preduan, Kecamatan Pragaan dan Desa Legung Kecamatan Batang-Batang.

Tidak hanya ingin menguak keadaan yang terjadi pada perempuan pesisir, itulah yang menjadi keinginan dari sang penulis. Tetapi lebih dari pada itu. Keadaan sebenarnya dari perempuan pesisir atau istri nelayan, juga ingin ia gambarkan secara jelas disini. Mulai dari usaha perempuan pesisir dalam memenuhi kebutuhan keuarganya, sampai dengan kesulitan-kesulitan yang harus mereka tempuh.

Secara umum, sistem pengaturan tugas-tugas domestik publik istri nelayan dipengaruhi oleh aktivitas melaut suami mereka dan karakteristik pekerjaan publik yang digelutinya. Istri nelayan yang bekerja sebagai pemindang dan istri nelayan yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan atau istri nelayan yang membuka warung akan memiliki pengaturan waktu kegiatan publik yang berbeda. (hal 47)

Banyak hal beda disajikan dalam buku ini berkaitan peran perempuan dalam rumah tangga. Istri nelayan memiliki posisi dan peranan yang signifikan dalam menopang kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Walaupun pandangan umum yang berkembang di masyarakat bahwa istri hanya bersifat "membantu atau melengkapi" pendapatan yang diperoleh suami mereka, dalam praktinya praktiknya peranan istri yang bekerja lebih luas dari pandangan tersebut. (hal 56)

Dengan bahasa yang ilmiah, membuat kita semakin mudah memahami apa maksud yang terkandung dalam buku ini. Ditambah lagi dengan penulisan yang diskriptif, sehingga membuat buku ini cukup nyaman untuk dibaca. Walaupun terkadang rasa kaku dari gaya penulisan masih dapat kita rasakan dalam penyajiannya. Tetapi walau bagaimanapu, untuk mengetahui isi buku ini lebih jelas, haruslah kita membaca buku ini lebih tuntas. Sehingga kita benar-benar tahu siapa dan bagaimanakah perempuan pesisir.