Senin, 29 Oktober 2007

Tanggal : 29 Oktober 2007
Sumber : http://www.beritamaritim.com/berita/01/04.shtml


Pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pergerakan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Sejak awal perkembangan ekonomi dunia, pelabuhan dalam bentuknya yang paling sederhana pun telah memerankan diri sebagai faktor penting pergerakan ekonomi yang ditandai pertukaran arus barang atau logistik.

Di Indonesia, perkembangan kuantitas dan kualitas pelabuhan juga semakin menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan. Hampir di setiap kawasan atau daerah yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dinamis, bisa dipastikan hadir pelabuhan pantai yang menopang perkembangan tersebut.

Bahkan, sejumlah pelabuhan perintis sengaja dihadirkan di suatu kawasan untuk mendinamisasi perkembangan perekonomian di wilayah tersebut, termasuk daerah terkait yang dekat dengan pelabuhan. Pelabuhan perintis, dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan infrastrukturnya, mesti dipahami dalam konteks pemerataan pertumbuhan ekonomi antarwilayah atau antardaerah dalam rangka memperkecil ketimpangan antarkawasan.

Kenyataan bahwa Indonesia adalah negeri kepulauan dengan sendirinya menjadikan peran dan fungsi pelabuhan sangat penting. Pentingnya keberadaan pelabuhan itu kian terasa terutama ketika perdagangan antardaerah atau antarpulau hanya akan memperlihatkan skala ekonomis dan efisiensinya bila ditunjang moda transportasi laut.

Dalam konteks globalisasi, Indonesia dirasa sangat perlu menghadirkan pelabuhan berkelas internasional atau pelabuhan utama (hub port) di beberapa titik, yang diproyeksikan akan menjadi pintu penting kontak perdagangan (ekspor-impor) dengan beberapa negara tetangga.

Terkait hal itu, memang tidak serta-merta di setiap daerah mesti ada pelabuhan, apalagi bila jarak antarpelabuhan itu terlalu dekat dan volume perdagangannya relatif masih kecil. Sebab, pada dasarnya keberadaan pelabuhan itu justru untuk semakin mengefisienkan perdagangan sehingga harga barang tidak semahal bila perpindahannya menggunakan moda transportasi lain.

Revitalisasi

Dalam kaitan inilah perlu dilakukan revitalisasi berbagai pelabuhan dan seleksi, sehingga diperoleh peta pelabuhan di Tanah Air yang daya saing dan efisiensinya tinggi. Pada gilirannya, Indonesia sebagai negeri kepulauan bisa mengambil dan mendapat manfaat optimal dari transportasi laut, perdagangan, eskpor-impor, dan jasa kepelabuhanan lainnya.

Sudah barang tentu pelabuhan-pelabuhan kecil yang mempunyai prospek cerah tetap harus didukung. Akan tetapi, bentuk dukungan itu harus bisa membuat pelabuhan bersangkutan pada suatu kurun waktu tertentu bisa mandiri, dalam arti mampu membiayai dirinya dengan pendapatan dari jasa-jasa kepelabuhanan.

Pengalaman penulis, PT Pelabuhan Indonesia? (Pelindo) III yang mengelola dan memiliki sejumlah pelabuhan di beberapa daerah, memperlihatkan setiap pelabuhan di bawah BUMN ini memiliki kekuatan dan kapasitas yang demikian beragam serta potensi barang yang juga bermacam-macam.? Berbagai pelabuhan tersebut tersebar di sejumlah pulau dan pada akhirnya membentuk jaringan transportasi dan perdagangan.

Penulis sendiri berpendapat, untuk mendapatkan jaringan yang kuat, paling tidak perlu dilakukan langkah sebagai berikut di lingkungan Pelindo III. Pertama, melakukan seleksi terhadap jumlah pelabuhan yang dikelola, sehingga Pelindo III hanya akan mengelola pelabuhan yang memang mempunyai potensi tinggi.

Selain itu, perlu pembatasan jumlah pelabuhan untuk perdagangan langsung ke luar negeri. Dalam hal ini, pembatasan dikaitkan dengan potensi dan keragaman barang di pelabuhan dimaksud. Dalam kaitan Pelindo III, pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan internasional adalah Tanjung Perak untuk peti kemas dan curah serta Tanjung Emas, Kotabaru, Tanjung Intan, dan Benoa untuk pariwisata.

Sementara itu, pelabuhan yang tidak terbuka untuk perdagangan internasional diarahkan sebagai pendukung pelabuhan terbuka agar terdapat konsentrasi volume yang cukup tinggi untuk diangkut ke luar negeri. Hal ini akan menarik untuk melakukan pelayaran langsung.

Yang juga tidak kalah penting adalah untuk menggerakkan distribusi barang domestik, maka Pelindo III perlu mengajak perusahaan pelayaran nasional terutama BUMN, untuk menjadi pengangkut barang-barang dari dan ke pelabuhan.?

Kedua, untuk menopang keseluruhan upaya merevitalisasi pelabuhan sebagai faktor penting dalam perdagangan barang diperlukan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Pelindo III mau tak mau harus menjadikan SDM-nya sebagai aset terpenting untuk mendinamisasi kinerjanya.

Ketiga, agar Pelindo III sebagai BUMN bisa memiliki kinerja semakin bagus, perlu penerapan prinsip good corporate governance (GCG) yang ketat dan disiplin dalam pelaksanaannya. Dengan GCG, Pelindo III akan lebih berpeluang menjadi perusahaan yang memiliki standar pelayanan dan kinerja bertaraf internasional.

Dengan demikian, Pelindo III jelas akan berpotensi menjadi salah satu BUMN kepelabuhanan yang terbaik di Tanah Air. (Bisnis Indonesia 29/10/2007, Oleh Didiek Harijanto, General Manager Pelabuhan Tanjung? Intan (Pelindo III), Cilacap, Jateng). ►bmi

Rabu, 17 Oktober 2007

Teluk Penyu jadi objek wisata alternatif

Tanggal : 17 Oktober 2007
Sumber : http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=11056&Itemid=53

CILACAP - Walaupun tidak lagi menjadi objek wisata favorite, tetapi musim Lebaran kali ini Pantai Teluk Penyu Cilacap masih menjadi objek wisata alternatif bagi sebagian masyarakat. Kondisi ini jelas berbeda dengan beberapa tahun silam.

Sebelum lima tahun terakhir, Teluk Penyu selalu menjadi tujuan wisata Lebaran masyarakat yang datang dari berbagai pelosok di Cilacap maupun luar daerah. Seiring dengan perkembangan jaman, Teluk Penyu semakin dikesampingkan masyarakat menyusul banyaknya obyek wisata baru di wilayah Eks Karesidenan Banyumas yang menawarkan berbagai fasilitas berkelas nasional.

Sebagai konsekuensinya, Teluk Penyu yang kini hanya menawarkan wisata pantai memang harus rela menjadi alternatif saja. Sejumlah taman hiburan yang turut ditawarkan, rupanya tidak juga mampu memikat pengunjung.

Kepala UPTD Obyek Wisata, Dinas Pariwisata Cilacap Dwi Goro Waluyo mengakui kondisi ini salah satunya akibat promosi yang kurang maksimal. "Di samping promosi, Teluk Penyu memang butuh pembenahan dan penambahan fasilitas. Kami mengakui fasilitas sebagai daya tarik untuk pengunjung memang minim.

Kami terus mengusahakan, berhasil tetapi butuh proses. Mudah - mudahan tahun depan akan ada fasilitas yang lebih memadai sebagai sarana rekreasi," tandas Dwi Goro Waluyo.

Kosong
Sebagai contoh, lapangan yang berada di sebelah utara pintu masuk, kini dibiarkan kosong, padahal dulu selalu penuh dengan berbagai aneka permainan dan hiburan masyarakat. Untuk yang ini kata Dwi ada persoalan tekhnis dengan pihak ketiga yang menyebabkan lapangan menjadi kosong. Selain panorama pantai, dinas pariwisata menawarkan hiburan dangdut di lapangan tersebut.

Hasil pantauan, walaupun cuma sebagai alternatif tetapi Teluk Penyu tetap dipadati arus wisatawan sejak pukul 07.00 hingga menjelang Maghrib. Data yang ada di loket penjualan tiket, sejak H plus 1 (Minggu (14/10) sampai Selasa kemarin, rata-rata jumlah pengunjung mencapai 15 ribu orang.

Rertibusi dari pengunjung yang masing-masing dikenakan tiket Rp 2.500 per orang ini, menurut Dwi Goro cukup melampaui target pendapatan wisata selama musim Lebaran yakni Rp 170 juta. Jumlah tersebut juga diyakini bisa untuk melampaui target pendapatan wisata Teluk Penyu dan Benteng Pendem yang tahun 2007 dipatok sebesar Rp 355 juta. ady/Pr