Senin, 03 September 2007

Indonesia Harus Reorientasi Jati Diri Sebagai Bangsa Maritim

Tanggal : 3 September 2007
Sumber : http://www.sarwono.net/berita.php?id=571

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia seharusnya bisa menjadi bangsa yang tangguh. Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar, seperti halnya Inggris dan Amerika Serikat, kalau saja orientasi pembangunannya sesuai dengan jati diri sesungguhnya sebagai bangsa maritim.

Hal tersebut disampaikan penasihat Dewan Maritim Indonesia (DMI) Sarwono Kusumaatmadja saat menjadi inspektur upacara Pelantikan dan Kenaikan Tingkat Tahun 2007-2008 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran Pembangunan, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu, 1 September 2007.

“Karena problem jati diri bangsa ini, generasi muda Indonesia cenderung kurang berminat belajar mengenai pengelolaan sumber daya kelautan. Akibatnya bangsa kita sulit menjadi bangsa maritim yang tangguh,” kata Sarwono di hadapan Taruna-Taruni SMK Pelayaran Pembangunan yang mengikuti upacara tersebut.

Problem jati diri bangsa ini, lanjut Sarwono, menyebabkan hingga saat ini masih terjadi tumpang tindih kewenangan Departemen Perhubungan (Dephub) dan Departemen Kelutan dan Perikanan (DKP).

“Dalam hal sertifikasi kelautan misalnya. Hal itu yang membuat pelaut Indonesia lebih memilih sertifikasi kelautan internasional dari pada nasional,” katanya.

Menurut Sarwono, agar bisa menjadi bangsa maritim yang tangguh diperlukan reorientasi jati diri bangsa --yang terlanjur berpola pikir sebagai masyarakat agraris-- menuju pola pikir masyarakat maritim.

“Kita harus serius membangun kekuatan ekonomi, budaya, dan militer yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya kelautan karena potensi yang kita miliki sangat besar,” tutur Sarwono.