Tanggal : 27 Agustus 2007
Sumber : http://www.waspada.co.id/Seni-Budaya/Budaya/Pantun-Dalam-Nyanyian-Anak-Pesisir-Sumatera-Timur.html
Oleh Prof. H. Ahmad Samin Siregar
Kebudayaan etnik atau suku bangsa seperti Jawa, Bali, Mandailing maupun kebudayaan asing seperti Belanda, Jerman dan Perancis atau adat-budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur tentu tidak dapat berkembang tanpa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan lainnya. Saling pengaruh itu terjadi karena adanya komunikasi yang intensif di antara bangsa dan di antara etnik atau suku bangsa hingga kebudayaan/kesenian itu berkembang dalam masyarakat dan lingkungannya.
Demikian juga halnya dengan kebudayaan Melayu Pesisir Sumatera Timur dalam arti keseluruhannya tanpa meninggalkan kejiwaan dan kepribadian Melayu tersebut. Perpaduan mesra di antara kebudayaan dapat pula ditemukan di dalam seni budaya Jawa yang sepintas lalu tampaknya berlandaskan kepada kebudayaan Hindu atau Sansekerta. Namun, tidak pernah pula dikatakan bahwa "tari Serimpi" ataupun "tari Legong" itu merupakan tari Hindu.
Tarian-tarian itu tetap tari Indonesia yang berasal dari suku Jawa. Jadi, pengaruh budaya apa pun yang datang dan masuk ke dalam budaya nasional dan etnik perlu dijaga dan diawasi agar "keaslian" budaya dan bahasa dari etnik itu dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itulah, inti sari budaya, seni dan adat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu akan tetap langgeng dan tidak berobah walaupun kulitnya mengalami perobahan karena sentuhan komunikasi menurut situasi, zaman, dan keadaannya. Hakikat dan isi budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur itu akan selalu tetap dan tidak akan berobah. Masalah ini dapat dilihat dan diketahui dengan jelas melalui pantun Melayu Pesisir Sumatera Timur seperti, /Adat penuh tidak melimpah/Adat berdiri tidak berkurang/Adat terapung tidak hanyut/Adat terendam tidak basah/.
1Keaslian adat budaya etnik Melayu Pesisir Sumatera Timur itu antara lain dipantulkan melalui kepribadiannya yang menggambarkan: (1) Jiwa beradat dan etika Melayu; (2) Bentuk dan gaya Melayu; (3) Bahasa, sastra dan pakaian Melayu; (4) Adanya perasaan kekuatan batin/gaib yang menguasai diri masyarakat Melayu yaitu kepercayaan kepada agama dan mistik; (5) Kegemaran masyarakat Melayu kepada ketertiban, perikemanusiaan, keindahan, kesenian, dan toleransi; (6) Kebiasan berbicara masyarakat Melayu dengan sopan santun; (7) Masyarakat Melayu selalu menyatakan sesuatu secara melingkar atau menyindir dan tidak langsung; dan (8) Pembawaan masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur ini amat suka mencontoh dan menyesuaikan sesuatu yang dapat dihandalkan.
Kedelapan kepribadian ini telah menunjukkan bahwa masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu sangat mudah menerima pengaruh, yang baik dan positif, dari etnik atau bangsa lainnya. Pergaulan antara etnik Melayu Pesisir Sumatera Timur ini dengan etnik atau bangsa lainnya itu dengan segera dapat menimbulkan kerja sama yang erat karena adanya saling pengertian. Namun dari semua itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa ciri-ciri khas Melayu Pesisir Sumatera Timur ini ialah a). Sifat regionalnya "adat"; b) Sifat nasionalnya "budaya" dan c) Sifat universalnya "agama Islam".
Ketiga ciri khas ini dapat pula dikaitkan dengan pantun dua kerat berikut ini, /Cencang pampas/Bunuh balas/. Pantun dua kerat ini telah menunjukkan tentang sikap dan sifat masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu yang mempunyai aturan dan tata tertib dalam permasalahan kehidupan.(Guru Besar USU, Medan)
Bersambung....
Sumber : http://www.waspada.co.id/Seni-Budaya/Budaya/Pantun-Dalam-Nyanyian-Anak-Pesisir-Sumatera-Timur.html
Oleh Prof. H. Ahmad Samin Siregar
Kebudayaan etnik atau suku bangsa seperti Jawa, Bali, Mandailing maupun kebudayaan asing seperti Belanda, Jerman dan Perancis atau adat-budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur tentu tidak dapat berkembang tanpa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan lainnya. Saling pengaruh itu terjadi karena adanya komunikasi yang intensif di antara bangsa dan di antara etnik atau suku bangsa hingga kebudayaan/kesenian itu berkembang dalam masyarakat dan lingkungannya.
Demikian juga halnya dengan kebudayaan Melayu Pesisir Sumatera Timur dalam arti keseluruhannya tanpa meninggalkan kejiwaan dan kepribadian Melayu tersebut. Perpaduan mesra di antara kebudayaan dapat pula ditemukan di dalam seni budaya Jawa yang sepintas lalu tampaknya berlandaskan kepada kebudayaan Hindu atau Sansekerta. Namun, tidak pernah pula dikatakan bahwa "tari Serimpi" ataupun "tari Legong" itu merupakan tari Hindu.
Tarian-tarian itu tetap tari Indonesia yang berasal dari suku Jawa. Jadi, pengaruh budaya apa pun yang datang dan masuk ke dalam budaya nasional dan etnik perlu dijaga dan diawasi agar "keaslian" budaya dan bahasa dari etnik itu dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itulah, inti sari budaya, seni dan adat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu akan tetap langgeng dan tidak berobah walaupun kulitnya mengalami perobahan karena sentuhan komunikasi menurut situasi, zaman, dan keadaannya. Hakikat dan isi budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur itu akan selalu tetap dan tidak akan berobah. Masalah ini dapat dilihat dan diketahui dengan jelas melalui pantun Melayu Pesisir Sumatera Timur seperti, /Adat penuh tidak melimpah/Adat berdiri tidak berkurang/Adat terapung tidak hanyut/Adat terendam tidak basah/.
1Keaslian adat budaya etnik Melayu Pesisir Sumatera Timur itu antara lain dipantulkan melalui kepribadiannya yang menggambarkan: (1) Jiwa beradat dan etika Melayu; (2) Bentuk dan gaya Melayu; (3) Bahasa, sastra dan pakaian Melayu; (4) Adanya perasaan kekuatan batin/gaib yang menguasai diri masyarakat Melayu yaitu kepercayaan kepada agama dan mistik; (5) Kegemaran masyarakat Melayu kepada ketertiban, perikemanusiaan, keindahan, kesenian, dan toleransi; (6) Kebiasan berbicara masyarakat Melayu dengan sopan santun; (7) Masyarakat Melayu selalu menyatakan sesuatu secara melingkar atau menyindir dan tidak langsung; dan (8) Pembawaan masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur ini amat suka mencontoh dan menyesuaikan sesuatu yang dapat dihandalkan.
Kedelapan kepribadian ini telah menunjukkan bahwa masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu sangat mudah menerima pengaruh, yang baik dan positif, dari etnik atau bangsa lainnya. Pergaulan antara etnik Melayu Pesisir Sumatera Timur ini dengan etnik atau bangsa lainnya itu dengan segera dapat menimbulkan kerja sama yang erat karena adanya saling pengertian. Namun dari semua itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa ciri-ciri khas Melayu Pesisir Sumatera Timur ini ialah a). Sifat regionalnya "adat"; b) Sifat nasionalnya "budaya" dan c) Sifat universalnya "agama Islam".
Ketiga ciri khas ini dapat pula dikaitkan dengan pantun dua kerat berikut ini, /Cencang pampas/Bunuh balas/. Pantun dua kerat ini telah menunjukkan tentang sikap dan sifat masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur itu yang mempunyai aturan dan tata tertib dalam permasalahan kehidupan.(Guru Besar USU, Medan)
Bersambung....