Sabtu, 19 Januari 2008

Memperkuat Industri Perkapalan

Tanggal : 19 Januari 2008
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini-sore/memperkuat-industri-perkapalan.html

Oleh M BADRUS ZAMAN, Pengamat Maritim, Staf Pengajar Teknik Sistem Perkapalan ITS Surabaya

Berita di harian SINDO pada 30 Januari 2008 tentang peresmian gedung National Ship Design & Engineering Center (NASDEC)-ITS Surabaya oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris menggugah insan di negeri ini, baik pelaku maritim, akademisi, industri dan lain-lain untuk semakin mengoptimalkan industri perkapalan yang selama ini terkungkung oleh banyak problem.

Sebagai negara maritim, Indonesia memang masih memiliki banyak problem di sektor industri perkapalan. Problem tersebut mulai rendahnya kualitas industri kapal nasional, seringnya kecelakaan kapal di laut, bahkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap optimalisasi sektor maritim. Problem seperti inilah yang menyebabkan negara kita belum bangkit dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Kapal sebagai sarana/alat transportasi dan sebagai sarana/alat kerja pertambangan, perikanan, pariwisata, maupun sebagai alat utama sistem pertahanan (alutsista), merupakan komoditas yang penting dan vital sehingga kapal dapat juga dikategorikan sebagai bagian dari infrastruktur pembangunan nasional dan industri perkapalan atau galangan kapal merupakan salah satu industri strategis serta industri masa depan yang penting untuk ditumbuh kembangkan. Lagi-lagi, beberapa problem memang menghambat laju perkembangan industri kapal nasional kita, yakni keuangan yang bergantung pada perbankan, kebijakan pemerintah, perpajakan (PPN), komponen yang masih impor, dan lain-lain.

Padahal ,saat ini,Indonesia berfasilitaskan 240 perusahaan kapal,160 building berthdan building dock, serta 210 floating dock. Tentunya kondisi ini harus dioptimalkan secara baik. Kebijakan pemerintah untuk tidak menganaktirikan sektor perkapalan sangat diharapkan. Sebab, industri galangan kapal merupakan salah satu industri strategis dan industri masa depan yang penting untuk dikembangkan sebagai penyedia sarana transportasi dan sarana kerja pertambangan, perikanan, pariwisata, serta penyedia alutsista.

Menurut Menteri Perindustrian Fahmi Idris,di sela-sela pembukaan National Ship Design and Engineering Center (NaSDEC) ITS Surabaya, industri perkapalan saat ini mulai memasuki zaman keemasan. Tingginya permintaan dari pasar lokal maupun global membuat kinerja industri perkapalan nasional menunjukkan peningkatan.

Bahkan, hingga 2009,demand kapal diperkirakan meningkat 44% dibandingkan 2004. Sementara itu,kinerja galangan kapal Indonesia dalam dua tahun belakangan ini, 2006–2007, menunjukkan perkembangan yang cukup membanggakan. Jurnal World Shipbuilding Statistics, edisi Juni 2007 (terbitan Fairplay Ltd) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pembangun kapal dari 22 negara jajaran dunia.

Walau masih dalam urutan ke-21 dari 22 negara, prestasi itu dapat dijadikan momentum untuk terus memperkuat industri galangan kapal nasional yang hampir tanpa bantuan sama sekali dari pemerintah sejak diberlakukannya Instruksi Presiden (Inpres) 5 tahun 2005 oleh pemerintah.

Strategis
Kini,industri pelayaran nasional diincar oleh berbagai perusahaan galangan asing yang telah mengalami full book (kelebihan order). Saat ini, industri kapal Indonesia mulai diperhitungkan di kawasan ASEAN. Kemudian, sejak diberlakukannya peraturan baru keamanan pelayaran (safety of life at sea/SOLAS), pangsa pasar kapal dunia menjadi kian besar.

Untuk diketahui, SOLAS adalah peraturan yang dikeluarkan International Maritime Organization (IMO) yang menetapkan agar kapal tanker menggunakan konstruksi lambung ganda (double hull) maupun regulasi Common Structural Rules (CSR) dari International of Classification Societies (IACS). Sementara itu, pemerintah menitikberatkan pembangunan galangan kapal di empat cluster yakni Karimun, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Selain daerah ini, Dubai Docks World memproses pembangunan galangan kapal senilai USD500 juta di Batam.

Itu merupakan kesempatan emas bagi para pelaku maritim di negeri ini untuk terus memperkuat industri perkapalan. Tak kalah penting,industri perkapalan di Indonesia secara otomatis akan memengaruhi industri penunjang kapal dan industri lainnya. Saat ini, hampir 60% komponen kapal masih harus diimpor. Sisanya 40% menggunakan produk lokal. Salah satunya industri nasional kita hanya mampu menyediakan sebagian komponen konstruksi (pelat) dan sistem penggerak (poros) dalam porsi kecil dari interior desain kapal.

Alhasil,industri galangan kapal nasional tidak banyak memberikan nilai tambah yang real karena fungsinya yang hanya bersifat ’’tukang jahit”. Anehnya, komponen gerendel pintu dan jendela pun harus kita impor dari Taiwan, China, dan Korea Selatan (Korsel). Nah, mau tidak mau, kita harus meningkatkan kekuatan industri penunjang kapal ’’lokal”agar perekonomian dalam negeri ini semakin kukuh. Maka,kita perlu belajar dari negaranegara lain yang lebih dahulu maju dibandingkan Indonesia.

Negara itu bangkit karena mereka memiliki keunggulan - keunggulan. Kita lihat Republik Rakyat Tiongkok, ternyata dengan kemajuan teknologi, kondisi nasionalnya stabil dan kemudian ada kapital yang mengalir ke China karena peluang yang tersedia di negara itu. Kemudian,negara dianggap memiliki daya saing yang tinggi karena ada tiga pilar utama. Pertama, makro ekonomi yang baik. Kedua, public institution, dan ketiga adalah teknologi.

Ketiganya harus benar-benar dioptimalkan agar daya saing bangsa ini semakin membanggakan. Dengan demikian, semua pihak–baik pelaku maritim, pemerintah, industri, akademisi,dan masyarakat luas– harus bekerja sama dalam mewujudkan perkembangan industri perkapalan. Bagaimanapun, sektor perkapalan merupakan penopang kuat perekonomian di negeri ini. (*)

Tidak ada komentar: