Sabtu, 05 April 2008

SUARA MAHASISWA, Wajah Nelayan Kita

Tanggal : 5 April 2008
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini/suara-mahasiswa-wajah-nelayan-kita-3.html


NELAYAN bukanlah cita-cita besar bagi setiap orang,meskipun sejak kecil anak-anak Indonesia dengan bangga kerap kali menyanyikan lagu kebanggaan tentang nenek moyangnya yang seorang pelaut.

Namun, mereka cenderung enggan bercita-cita untuk menjadi penerus nenek moyangnya. Sosok pelaut/nelayan identik dengan pekerjaan keras, kotor,serta status sosial dan ekonomi rendah yang melekat kepada pelaut. Ketidakpastian sering menyelimuti nelayan kita. Seperti saat ini, kondisi cuaca yang kurang bersahabat turut memperburuk keadaan,mereka terpaksa tidak melaut.Tingginya hargabahan baker saat ini membuat berpikir ulang untuk melaut, pasalnya hasil tangkapan mereka tak tentu. Hal ini karena di beberapa fishing groundyang ada telah mengalami overfishing.

Belum lagi,tidak adanya kepercayaan dari sektor perbankan untuk usaha nelayan,membuat mereka terpaksa meminjam kepada para tengkulak (tauke).Akhirnya mereka terjebak dalam sistem keuangan para tauke. Setidaknya ada delapan alasan yang menjadikan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan.

Pertama,memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dengan luas perairan sekitar 5,8 juta km2 .Kedua, sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia, akan berdampak pada semakin tinggi tingkat kebutuhan pangan dunia.Ketiga, sumber daya perikanan dan kelautan yang bersifat renewable resources. Keempat, kegiatan ekonomi perikanan dan kelautan sebagian besar dilakukan di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga akan membantu meratakan penyebaran penduduk.

Kelima, dengan terciptanya kondisi kawasan pesisir dan laut yang makmur dan kondusif maka akan menjamin kedaulatan wilayah dan penegakan hukum. Keenam, secara sosialkultural dengan fokus pembangunan perikanan dan kelautan menunjukkan upaya reinvention kejayaan Indonesia di masa lampau.Ketujuh,akan meningkatkan perekonomiansekaligusmengurangitingkatpengangguran.

Kedelapan, peningkatan ekonomi dan kedaulatan wilayah akan meningkatkan martabat bangsa Indonesia di dunia. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan. Hasilnya, berbagai kebijakan kemudian dikeluarkan guna menopang anggaran keuangan negara.

Membasuh wajah

Saat ini nasib nelayan diibaratkan membasuh wajah yang terluka dengan air laut.Gambaran itu tepat bila kita melihat kembali kebijakan pemerintah melalui UU No 27 tahun 2007 mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- pulau Kecil (UU PWP-PPK).

Setidaknya terdapat dua pasal yang bersifat kontroversi, yaitu Pasal 14 berbunyi ”Usulan zonasi,perencanaan,aksi pengelolaan wilayah pesisir dilakukan oleh pemerintah daerah dan dunia usaha”. Sekilas terlihat bahwa tidak ada ruang bagi masyarakat (nelayan) untuk turut campur di dalam mengambil kebijakan pengelolaan pesisir.

Sementara Pasal 20 berbunyi ”Hak pengusahaan pesisir pantai dapat beralih,dialihkan dan dijadikan jaminan utang dengan dibebankan hak tanggungan”, terlihat bahwa akan membuka peluang terjadinya konsentrasi hanya pada kelompok pemodal kuat saja. Kebijakan pemerintah hendaknya berorientasi kepada nelayan,bukan sebaliknya melakukan pendekatan cenderung kepada pasar melalui kebijakannya.

Nelayan adalah nelayan,dia harus berusaha memenuhi jalanya dengan ikan dan dari hasil tersebut mereka mampu mempertahankan agar dapur tetap mengepul.Mereka harus tetap berjuang, bukan menanti perhatian apalagi pujian. Besok, 6 April 2008 adalah Hari Nelayan Indonesia. Mari kita wujudkan harapan mereka.

Bersama merajut kembali jala kehidupan bangsa yang kini kusut,dengan harapan dan penuh keyakinan kita raih masa depan yang lebih baik. Ungkapan yang sekarang dipakai oleh TNI-AL dapat menggambarkan harapan tersebut, yaitu Jalas Veva Jaya Mahe, Di laut kita jaya (*)

Tidak ada komentar: